Wednesday, April 6, 2011

Pembenihan udang galah (Macrobracium rosenbergii de Man)


 by: ihya'udin
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan udang air tawar tawar yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di Indonesia lahan untuk mengembangkan usaha budidaya udang galah masih cukup luas.
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sungai Gelam, Jambi pada 13 Mei sampai 6 Juli 2002 dengan tujuan mendapatkan keterampilan tentang teknik pembenihan udang galah dan mengetahui permasalahan teknis dan usaha di BBAT Jambi.
Pemeliharaan induk di BBAT Jambi dilakukan di kolam tanah berukuran 32,5x17x1,9 m. Pengolahan tanah dasar kolam dilakukan dengan cara:  memperdalam caren, meratakan lumpur, pengapuran dengan dosis 0,05 kg/m2,  dan pengeringan selama 6 hari. Selanjutnya kolam diisi air setinggi 1,5 m dan induk ditebar  dengan perbadingan  2:1 (betin:jantan).  Pergantian air sebesar 1,35 %/hari dilakukan  dengan sistem  flow trough. Pakan diberikan 2 kali sehari pada jam 09:00 dan 17:00 WIB sebanyak 5 % dari bobot total induk/hari. Permasalahan yang sering terjadi adalah kematian  induk karena turunnya DO sampai 1,3 ppm.
Seleksi terhadap induk yang siap dipijahkan dilakukan dengan memilih induk yang dalam   kantung pengeramannya terdapat telur yang berwarna coklat keabu-abuan. Pada saat kegiatan magang, induk yang matang gonad ada 8 ekor dengan  berat rata-rata 28 gram.
Pemijahan berlangsung secara alami sewaktu induk betina moulting. Induk jantan melekatkan spermanya pada spermatheca yang terdapat diantara kaki jalan  induk betina. Pembuahan berlangsung saat telur keluar melalui lubang kelamin menuju ke kantung pengeraman telur (brood chamber). Inkubasi telur berlangsung di brood chamber  selama 19 sampai 21 hari. Selama periode waktu tersebut warna telur berubah secara bertahap dari kuning muda sampai coklat  keabu-abuan.
Bak penetasan telur berupa fiber berbentuk silindris dengan volume 500 l sebanyak 3 buah. Bak fiber yang telah dicuci ditempatkan diatas meja berukuran 1,03x1,03x0,3  m, kemudian diisi air tawar sampai volume 200 l. Sebelum ditebar, induk direndam  dengan kalium permanganat dengan dosis 100 ppm selama 2 menit. Penebaran induk dengan kepadatan 3 ekor untuk fiber 1 dan 2, sedangkan fiber 3 sebanyak 2 ekor.  Satu sampai 2 hari kemudian telur menetas.
 Jumlah telur yang dihasilkan dari 8 ekor induk  betina sebanyak 224.000 butir. Pemanenan larva dilakukan pada saat D2, sedangkan jumlah larva yang diperoleh  sebanyak 147.680 ekor sehingga diperoleh HR (derajat penetasan) sebesar 65,9 %.
Pemeliharaan larva dilakukan di dalam bak fiber berbentuk silindris dengan volume 500 l dengan jumlah 6 buah. Bak yang telah dicuci ditempatkan di atas meja kemudian diisi air tawar sebanyak 200 l, dan sisi dinding  bak  ditutup dengan  plastik hitam. Penebaran larva dilakukan pada pukul 14:00 WIB dengan padat tebar 24.613 ekor/bak.
Artemia diberikan mulai D3 sampai D28 sebanyak 3 kali sehari yaitu pada jam 08:00, 14:00, dan 20:00 WIB. Penetasan siste Artemia dilakukan dalam bak fiber kerucut yang diisi air garam dengan salinitas 20 ppt sebanyak 10 l. Penetasan Artemia berlangsung selama 24 jam. Pemberian pakan buatan dibagi dalam 2  perlakuan yaitu: MB200 untuk bak 1, 2, 3, dan Home Made untuk bak 4, 5, 6.  Kedua pakan ini diberikan mulai D7 sampai D28 pada pukul 11:00 dan 17:00 WIB.  Sedangkan Aqua shrimp flake diberikan pada D26 sampai D31  sebanyak 5 kali sehari pada jam  08:00, 11:00, 14:00, 17:00, dan 20:00 WIB.
Pengelolaan salinitas selama pemeliharaan larva  dimulai dari 0 ppt sewaktu penetasan telur,  kemudian pada D0 salinitas menjadi 3 ppt. Pada D1 sampai D24 salinitas naik menjadi 10 ppt,  kemudian salinitas diturunkan sampai 0 ppt pada D31, hal ini karena pada D24 larva sudah 100 % memasukki stadia  post larva yang membutuhkan air tawar.
Penyiponan dan pergantian air dilakukan setiap hari.  Pergantian air sebanyak 50 %  dilakukan  mulai D9. Distribusi air menggunakan sistem resirkulasi, hal ini untuk efisiensi penggunaan air selama pemeliharaan larva. Air bekas pergantian dimasukkan bak resirkulasi yang terlebih dahulu diradiasi dengan alat ultra violet, sedangkan air untuk penambahan disiapkan sehari sebelumnya.  Air tersebut berasal dari bak resirkulasi yang telah diradiasi dengan alat ultra violet. Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan larva adalah sebagai berikut: suhu 29,3-32,30C, pH 7,53-8,6, dan DO 6,01-7,93 ppm.
Pemasangan heater pada D2 sampai D20 sebanyak 1 buah, dan pada D21 sampai D31 sebanyak 2 buah. Sedangkan aerasi pada D0 sampai D12 sebanyak 1 titik, dan pada D13 sampai D31 sebanyak 2 titik. Aerasi tersebut diatur dengan tekanan penuh. Permasalahan yang terjadi selama pemeliharaan larva adalah serangan Epistylis pada D11,  dan  kematian karena penurunan suhu yang drastis pada D13.
Dalam pertumbuhannya larva udang galah mengalami pergantian stadia sebanyak sebelas kali dan stadia post larva. Pemanenan larva dilakukan pada D31 dimana salinitas media pemeliharaan sudah 0 ppt.  Dari hasil perhitungan setelah panen diperoreh post larva sebanyak 26.743 ekor, dengan SR sebesar 18 %.  Post larva udang   galah di BBAT  Jambi tidak dijual tetapi dipelihara untuk calon induk.